Menulis Akhir Pekan Saya
Kemarin, saya berencana untuk berdiam diri dan cukup sekedar menghabiskan sejumlah utang baca saya. Di minggu pertama tahun ini, saya menco...
Kemarin, saya berencana untuk berdiam diri dan cukup sekedar menghabiskan sejumlah utang baca saya. Di minggu pertama tahun ini, saya mencoba untuk memasang target membaca yang lebih dibandingkan beberapa waktu lalu. Saya kembali menjebak diri saya sendiri, dengan beberapa keinginan yang mungkin saja akan saya penuhi atau sebaliknya. Di pagi hari, saya baru saja menyelesaikan film The Young And Prodigious T.S. Spivet. Di film itu, diceritakan kisah seorang anak yang bernama Spivet, dengan segala isi kepalanya yang berbeda. Saat menyaksikan film tersebut, saya membayangkan diri saya dapat berada di rumah Spivet, di lingkungan Spivet. Di sana saya bisa terhindar dari keramaian, di sebuah ladang yang jauh dari hiruk pikuk kota. Pagi yang menyenangkan bersama Spivet dan bayanganku. Sekitar 10 menit setelah film itu berakhir, saya menerima sebuah ajakan malam Minggu. Alhasil, saya gagal untuk menjalankan rencana saya yang pertama, berdiam diri.
Sebelum merencanakan untuk tidak keluar rumah, saya sempat lupa jikalau kemarin saya sudah berjanji untuk hadir pada sebuah dialog. Dan rencana untuk beristirahat di akhir pekan ini, memang hanya sebatas rencana. Sebuah ajakan malam Minggu, membuat saya mengingat janji itu, janji untuk hadir di dialog literasi. Saya diundang menjadi salah seorang pembicara. Ajakan sebelumnya, juga tak jauh beda dengan dialog literasi, saya dipanggil untuk berbagi pengalaman menulis di depan puluhan siswa yang usianya jauh lebih muda dari saya. Kemarin, saya tidak ingin banyak bicara namun diharuskan melakukan hal sebaliknya.
Pukul dua siang, saya menghadiri dialog Literasi Forum Lingkar Pena Universitas Negeri Makassar. Saya bersama seorang perempuan dengan jilbab merah yang namanya saya lupa. Dia juga seorang pembicara tamu, dia masih SMA dan sedang memulai untuk terus menulis. Saya juga bersama Kak Gegge, seorang penulis yang juga seorang guru. Saya lebih senang mendengar mereka berdua menceritakan pengalamannya, saya mendengar dan mendengar. Kak Gegge seorang guru yang penuh semangat. Dia menularkan virus menulis dengan tulus. Saya senang mendengar ceritanya, dan sedikit membenci moderator yang memintanya untuk berhenti bicara. Padahal, saya masih ingin mendengarnya. Begitu juga dengan siswi SMA itu, dia punya cerita yang berbeda, tentang keinginan yang dilarang oleh ibunya dan sejumlah upaya yang dia lakukan untuk tetap menulis.
Dialog Literasi. Sumber Gambar: Panitia |
Hingga akhirnya, tiba sesi pertanyaan. Salah seorang dari peserta memberikan pertanyaan pertama untuk saya. Pertanyaan tentang pengalaman menulis saya yang pernah nyaris berhenti dan kemudian bangkit kembali. Saya senang dengan pertanyaan itu karena telah membuat saya lebih banyak berbicara, sehingga saya bisa disebut pembicara pada siang hingga sore kemarin. Dialog literasi selesai, dan saya berterima kasih kepada siapa saja. Berharap jika kegiatan ini akan rutin dilaksanakan.
Jam delapan malam, saya harus berada di Asrama Bosowa Internationl School untuk berbagi pengalaman tentang menulis. Saya memutuskan untuk tidak pulang ke rumah dan cukup menunggu di sebuah cafe yang akhir - akhir ini membuat saya betah menulis apa saja. Di cafe itu, saya mempersiapkan beberapa slide dan cerita untuk teman - teman di Bosowa International School. Dan dua menit sebelum jam delapan, saya sudah berhasil berada di lokasi. Saya juga lupa kalau malam kemarin adalah malam Minggu yang jelas akan dipenuhi dengan kemacetan. Nyaris terlambat, namun beruntung masih ada beberapa agenda asrama sehingga saya masih bisa tergolong tepat waktu.
Saya pun bercerita sekitar 30 menit, dan memberikan mereka kesempatan untuk bertanya. Saya juga meminta mereka untuk menulis apa saja, dan di pagi ini saya membaca beberapa tulisan dari mereka. Mereka siswa yang baik, namun saya mencurigai mereka akan tumbuh menjadi siswa yang sedikit bermasalah dengan dirinya sendiri. Sebuah diagnosa yang terburu - buru sekaligus membuktikan jika saya kadang ceroboh dalam menyimpulkan sesuatu. Saya juga menyebutnya sebuah antisipasi, dan sesuai kesepakatan, tulisan mereka akan saya kembalikan ke Kak Ammy, beliau yang nantinya akan membuktikan diagnosa saya.
Saya menyukai hari kemarin, dan setidaknya mendapatkan sebuah pertanyaan yang harus saya jawab ulang. "Mengapa saya menulis, masih menulis dan memilih menulis?"
Semoga saya bisa menjawabnya di tahun ini, dengan cara apa? Biarkan saya mencoba untuk membuat kejutan, meskipun saya tak begitu ahli dalam hal memberi kejutan. Terima kasih untuk orang - orang yang saya temui kemarin, kalian penting dalam tulisan. Dan terima kasih juga telah membaca tulisan atau catatan yang sebenarnya tidak penting.
Selamat berakhir pekan. Sampai Jumpa :)
Post a Comment: